6 Nov 2015

Ringkasan Materi Ulumul Hadits - Bagian I

Ulumul Hadits terdiri dari dua kata yaitu ulum dan hadits. Kata ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ilm. Jadi artinya “ilmu”, sedangkan Al-Hadits menurut kalangan para ulama adalah “segala sesuatu yang disadarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat”. Jadi apabila di gabung kata ulum Al-Hadits dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu yang mempelajari atau membahas yang berkaitan dengan Hadits Nabi SAW.

Sedangkan menurut As-Suyuthi beliau mengemukakan pendapatnya tentang ilmu Hadits yaitu ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan Hadits sampai kepada Rasul SAW, dari segi hal ikhwan para perawnya yang menyangkut ke dhabitan dan keadilannya dan bersambung dan terputusnya sanad dan sebagainya. Penulisan ilmu-ilmu Hadits secara parsial dilakukan oleh para ulama pada abad ke-3 H.


Pengertian Istilah-istilah (Al-Qur’an, Hadits dan Hadits Qudsi, Sunnah, Khabar dan Atsar)


Pengertian al-Qur’an
Menurut Bahasa (etimologi)
Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَه
"Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu." (QS. Al-Qiyamaah 17-18)

Menurut istilah (terminologi) 
Al-Quran adalah Firman Allah yang berbahasa Arab, dapat melemahkan musuh, diturunkan kepada Nabi Muhammad, ditulis di dalam mushaf, dan ditranformasikan secara tawattur serta membacanya termasuk ibadah.


Pengertian Hadits
Menurut Bahasa (etimologi)
Menurut Ibn Manzhur, kata ‘hadis’ berasal dari bahasa Arab yaitu al-hadits, jamaknya al-ahadits, al-haditsan, dan al-hudtsan. Secara lughawiyah kata hadits berasal dari derivasi kata (  محدوث حادث حداثة حدوث يحدث حدث) kata tersebut mempunyai beberapa arti, diantaranya al-jadid (yang baru) kebalikan dari al-qadim (yang lama), dekat atau belum lama terjadi, dan al-khabar, yang berarti kabar atau berita.
Disamping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan bahwa kata ‘hadis’ (Arab: al-hadits), secara etimologi (lughawiyah), berarti ‘komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’: religius atau sekular, historis atau kontemporer.

Menurut Istilah (terminologi)
ulama muhaddistun menyakini bahwa apa yang disebut dengan hadits adalah segala ucapan, perbuatan, taqrir maupun hal ihwal tentang Muhammad baik ketika ia sudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul maupun sebelum ia di angkat.

كل مااثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول او فعل او تقرير اوصفة خلقية او خلقية
“Hadits adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi Saw baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat dan hal ihwal Nabi.”

Berdasarkan pengertian diatas, bentuk-bentuk hadits terbagi atas:
1) Hadis Qauli
Hadis qauli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi SAW. yang berisi tuntutan dan petunjuk Syara’, peristiwa, dan kisah, baik yang berkaitan dengan aspek aqidah, syariat, maupun akhlaq.
Contoh sabda Nabi mengandung aqidah, misalnya sabda beliau :
“Dari Abdullah bin Umar r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : ” Islam ditegakkan di atas lima sendi : (1) Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya bahwa Muhammad adalah utusan Allah. (2) Mendirikan shalat (3) Memberikan zakat(4) Menunaikan ibadah haji dan (5) Berpuasa di bulan Ramadhan ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Contoh sabda Nabi yang mengandung akhlaq, misalnya sabda Beliau :
“Perhatikan tiga hal : Barangsiapa yang sanggup menghimpunnya, niscaya akan mencakup iman yangsempurna.Yakni: (1) jujur terhadap diri sendiri,(2) mengucapkan salam perdamaian kepada seluruh dunia dan (3) mendermakan apa yang menjadi kebutuhan umum." (HR. Bukhari)

2) Hadis Fi’li
Hadis fi’li adalah segala perbuatan yang disandarkan yang disandarkan kepada Nabi SAW. yang menjadi anutan perilaku para sahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk mengikutinya.
Contohnya hadits nabi untuk meneladani nabi dalam urusan shalat, Nabi saw bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ اُصَلِّيْ (رواه البخارى ومسلم عن مالك
"Bershalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku bershalat”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Malik ibn Huwairits)

3) Hadis Taqriri
Hadits taqriri adalah hadis berupa ketetapan Nabi SAW. terhadap apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi SAW. membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempermasalahkannya.
Diriwatkan oleh Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Khalid bin Walid memakan dhab (sejenis biawak) yang kemudian dihidangkan kepada Nabi saw, akan tetapi Nabi enggan untuk memakannya. Lalu sebagian sahabat (Khalid) bertanya: “Apakah kita diharamkan makan dhab, wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab :

لاَ، وَلَكِنَّهُ لَيْسَ فِى اَرْضِ قَوْمِي، كُلُوْا فَإِنَّهُ حَلَالٌ
“Tidak, hanya saja binatang ini tidak ada di negeriku (oleh karena itu aku tidak suka memakannya). Makanlah, sesungguhnya dia (dhab) halal”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

4)  Hadis Hammi
Hadis hammi adalah hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi SAW. yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Nabi SAW. belum sempat merealisasikan hasratnya ini karena beliau wafat sebelum datang bulan ‘Asyura tahun berikutnya. Menurut para ulama, seperti Asy-Syafi’i dan para pengikutnya, menjalankan hadis hammi ini disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah lainnya.

5) Hadis Ahwali
Hadis ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal Nabi SAW. yaitu hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat dan kepribadian, serta keadaan fisik Nabi SAW.
Contohnya tentang keadaan fisik Nabi SAW. dijelaskan dalam hadits,

(كان رسول الله صلى الله عليه وسلم احسن الناس وجها واحسنه خلقا ليس بالطويل البائن ولابالقصير. (رواه البخارى
"Rasul SAW. adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek." (HR. Bukhari)


Pengertian Sunnah
Menurut Bahasa, Sunnah adalah :

الطريقةمحمودةكانت ﺃومذمومة
“Jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela”.

Menurut Istilah, seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Ajaj Al-Khatib,

ما ﺃثرعن النبي صلى الله عليه وسلم من قول ﺃوفعل ﺃوتقرير ﺃوصفةخلقية ﺃوسيرة سواءكان قبل البعثة ﺃوبعدها
“Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik sebelum Nabi diangkat jadi rasul atau sesudahnya”.

Dari pengertian sunnah diatas, terdapat tiga macam sunnah, yaitu:
1) Sunnah Qauliyah (سنة قولية), ialah perkataan atau ucapan-ucapan Nabi SAW yang berhubungan dengan syariat islam.
2) Sunnah Fi’liyh ( سنة فعلية ), ialah amal-amal perbuatan Nabi SAW yang berhubungan dengan syari’at islam, seperti tatacara mengerjakan shalat, menunaikan ibadah haji dan lain sebagainya.
3) Sunnah Taqririyah ( تقريرية سنة ), ialah penetapan atau persetujuan Nabi SAW terhadap sesuatu amal perbuatan seseorang sahabat yang berhubungan dengan Syara’ yang dilakukan dihadapan atau dilaporkan kepada Nabi SAW, sedangkan Nabi tidak melarang atau menyalahkannya.

Sunnah pada dasarnya sama dengan hadis, namun dapat dibedakan dalam pemaknaannya, seperti yang diungkapkan M.M. Azami bahwa sunnah berarti modul kehidupan Nabi SAW., sedangkan hadis adalah periwayatan dari modal kehidupan Nabi SAW.


Pengertian Khabar
Menurut Bahasa
khabar artinya warta atau berita yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain.
Menurut Istilah, khabar menurut ahli hadis ialah :

ما ﺃضيف ﺇلى النبي صلى الله عليه وسلم ﺃوغيره
“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW., atau dari yang selain Nabi SAW”.

Maksudnya bahwa khabar itu cakupannya lebih luas dibanding dengan hadis yaitu mencakup segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. dan selain Nabi, seperti perkataan sahabat dan tabiin, sedangkan hadis hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.

Pengertian Atsar
Menurut Bahasa
atsar berarti bekas sesuatu atau sisa sesuatu. Dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan/berasal dari Nabi SAW dinamakan doa ma’tsur.

Menurut Istilah
kebanyakan ulama mengatakan atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadis, namun sebagian ulama lainnya mengatakan atsar cakupannya lebih umum dibanding dengan khabar. Para fuqoha’ memakai istilah atsar untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat, tabiin, dan lain-lain.

ما ﺃضيف ﺇلى الصحبة و التابعين من اقوال وافعال
“Perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin”.


Pengertian Hadits Qudsi (Hadits Rabbani atau Ilahi)
Menurut bahasa.
Istilah “hadis qudsi” terdiri dari dua kata: “hadis” dan “qudsi”.
- "Hadis” artinya ‘perkataan, perbuatan, atau persetujuan seseorang’,
- Sedangkan “qudsi”, secara bahasa, artinya ‘suci’, yang selanjutnya digunakan untuk menyebut istilah yang dinisbahkan kepada Allah ta’ala.

Menurut Istilah
Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya (Allah) dalam mimpi atau ilham selain Al-Quran, yang redaksinya disusun oleh Nabi SAW dengan menyandarkannya kepada Allah.

Contoh hadis qudsi:
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allah berfirman,

أَناَ عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَ أَناَ مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنيِ، فَإِن ذَكَرَني فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأِ خَيرٍ مِنهُمْ
“Aku sesuai anggapan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku sendiri maka Aku akan mengingatnya pada diri-Ku, namun jika dia mengingat-Ku di sekelompok orang maka Aku akan menyebut-nyebut namanya di kelompok makhluk yang lebih baik.”

Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadits Qudsi
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
- Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
Contohnya : 
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzarradliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.

- Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.
Contohnya : 
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.

Pengertian Hadits Nabawi
Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Hadis nabawi ada dua macam, yaitu:
a. Tauqifi
Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

b. Taufiqi
Yang bersifat taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh Rasulullah SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan nyang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh wahyu jika ia benar, dan jika terdapat kesalahan didalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Persamaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an
Assayid Ahmad bin Mubarok –Rohimahu Allahu Ta’ala- di Ibriz berkata: "...Yang kami simpulkan bahwa persamaan hadis qudsi, hadis nabawi dan al-Quran  adalah bahwa semuanya keluar dari antara dua bibir –maksudnya mulut- Nabi Muhammad SAW. Dan semuanya mengandung anwar (cahaya-cahaya) dari anwarnya Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menambahkan bahwa semua yang Nabi SAW katakan adalah wahyu.

Perbedaan Hadis Qudsi, Hadis Nabawi dan Al-Qur’an
Perbedaan dari segi bahasa dan makna :
- Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah swt
- Hadis Qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah swt., sedangkan bahasanya dari Nabi saw.
- Hadis Nabawi adalah bahasa dan maknanya dari Nabi saw.

Perbedaan dari segi periwayatan :
- Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi kemujizatannya
- Hadis qudsi dan hadis nabawi boleh diriwayatkan dengan maksudnya saja. Yang terpenting dalam hadis adalah penyampaian maksudnya.

Perbedaan dari segi kemukjizatan :
- Al-Qur’an, baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.
- Hadis qudsi dan hadis nabawi bukan merupakan mukjizat

Perbedaan dari segi nilai membacanya :
- Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat (surah al-fatihah) maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti maksudnya maupun tidak
- Hadis qudsi dan hadis nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati dan diamalkan.


@diambil dari beberapa sumber buku maupun internet

Tidak ada komentar :

Posting Komentar